Taman tujuh adalah suatu peninggalan leluhur yang bersejarah.Padanya 
tersimpan banyak hikmah yang perlu di pelajari . Apalagi pemuda-pemudi 
saat ini, Kalau tidak dipelajari  sejarah tersebut lambat laut akan 
hilang dan bias-bisa sirna sama sekali. Kata Adat mengatakan “Hilang 
tambo hilang tanah, hilang tutur hilang keluaga”.
Itulah sebabnya saya ingin menguraikan sekali dengan singkat sejarah 
keberadaan Taman Tujuh. Supaya kita tidak kehilangan dasar, asal usul 
dan hubungan kekeluargaan.
Dengana adanya mengetahui sejaranh, kita dapat mengenalnya, Kemudian 
dapat mencintai dan menghargai peninggalan tersebut seperti taman tujuh.
LETAK TAMAN TUJUH
Taman tujuh terletak di desa Hinag Tinggi Kecamatan Sitinjau Laut. Di 
desa Hiang Tinggi sekarang ada suatu tempat yang paling tinggi, tempat 
tersebut di sebut “larik tinggi”. Pada larik tinggi pada dahulu kala 
berdiri beberapa rumah, dan inilah merupakan dusun tertua yang merupakan
 asal mulanya kerinci.
Disana juga terdapat satu buat kuburan atau makam bersejarah. Kuburan 
tersebut terdapat empat batu nisan. Menurut mytos, Kuburan tersebut 
berisi dua orang, yang satu nenek hilang dilaman dan yang satu  lagi 
nenek Jaburiah. Kubuaran ini selalu di ziarahi oleh masyarakat Kerinci 
dan dari luar Kerinci
SEJARAH TAMAN TUJUH
A. Asal usul
Menurut Mytos, Pada zaman dahulu kala Kerinci merupakan suatu genangan 
air atau danau yang luas. Senhingga oleh penghuni saat itu disebutlah 
laut. Dataran tinggi yang ada hany gunung jelatang dan gunung Kerinci. 
Tinggi Gunung Jelatang kalau di ukur  dengan perjalanan, Tujuh hari 
tujuh malam barulah sampai ke puncaknya. Gunung jelatang tersebut 
terletak di Pariangan Tinggi atau Hiang Tinggi sekarang.
Pada masa dahulu kala, Nenek Maharajo di rajo dan nenek Indarjati 
berlayar ke negeri Rum ( Romawi ) Sampai ke pulau perca atau pulau 
Sumatra sekarang. Dan menetap di Gunung emas atau Gunung Merapi 
Pariangan Padang panjang sekarang.
Disinilah Indarjati bertemu dengan seorang perempuan yang cantik sebagai
 penghuni gunung ini. Perempuat tersebut bernama Indi jelatah. Alloh Swt
 mentakdirkan maka menikahlah Indar Jati dengan indi Jelatah. Setalah 
beberapa tahun membina rumaha tangga, Maka Indar Jati dan Indi Jelatah 
mendapatkan dua orang anak yaitu : Perpatih Nan Sebatang dan Indar bayo.
 Oleh Indarjati yang senantiasa Ghaib Atau hilang entah kemana maka pada
 suatu hari datanglah ia kepada anak dan istrinya dan bercerita ia pada 
istrerinya, Bahwa ia telah menemukan suatu tempat atau gunung yang 
paling tinggi, yaitu gunung Jelatang namanya.. ditempat itu telah ada 
manusia yang menghuninya, Aku akan kembali ke gunung tersebut.
Indi Jelatah sangat terharu mendengar cerita suaminya IndaraJati, Mka ia
 juga ingin melihat gunung tersebut.Dipersiapkanlah bekal untuk 
berangkat ke gunung Jelatang.
Barang-barang tersebut yang di bawa adalah ;
- Tombak nan sebilah
- Payung nan sekaki
- Tudung nan sehelai
- Tongkat nan sebilah
- Kambing nan seeokor
Barang-barang tersebut masih disimpan dengan rapi di rumah gedang nenek limo Hiang Tinggi.
Adapun yang berangkat ke gunung Jelatang tersebut adalah Indarjati dan 
isrtinya Indijelatah serta anaknya yang bernama Indarbayo, Sedangkan 
Perpatih nan sebatang tidak ikut karena sudah hampir dewasa.
Indarjati telah sampai di gunung Jelatang dan menetaplah ia disana.
Setelah hari berganti hari, masa berganti masa dan tahun berganti tahun,
 maka Indi jelatah melahirkan pula beberapa orang anak, Antara lain :
1. Indartunggal atau Indar Bersusu Tunggal, Inilah yang biasa disebut “ 
Nenek Bersusu Tunggal “ di gunung Jelatang Pariangan Tinggi.
2. Indar Nan Beterawang Lidah tinggal di gunung Jelatang Pariangan Tinggi.
3. Indi Maryam tinggal di Malaysia
Setelah Indartunggal dewasa, Maka ia menikah dengan perempuan “Samiah”. Dari pernikahan ini, ia memperoleh anak :
1. Dayang Rawani tinggal di Jawa Mataram
2. Dayang Ramayah tinggal di Kemantan Darat
3. Dayang Indah tinggal di Hiang Tinggi
Di saat keturunan dari Indartunggal masih anak-anak, ia selalu mandi di 
sungai-sungai, Sedangkan Indartunggal sangat saying pada anak-anaknya. 
Untuk menghindari anak-anaknya dari bahaya mandi di sungai, Maka oleh 
Inadartunggal di buatlah tempat pemandian khusus untuk 
anank-anaknya,sebanyak tujuh buah, inilah yang di sebut Taman tujuh atau
 telaga tuju untuk tempat pemandian anak-anaknya dari Nenek Indar 
bersusu tunggal.
Karena perubahan alam dan pergeseran bumi, Air menyusut akibatnya gunung
 Jelatang mengalami erosi besar-besaran sebagian tanahnya hanyut, Itulah
 yang bias kita lihat tanah cogok pinggir danau kerinci, Tanah Kampung, 
dan Tanah tinggi kemantan. Tinggallah sisa gunung Jelatang seperti yang 
ada sekarang.
HIKMAH TAMAN TUJUH
Adapun hikmah TAMAN TUJUH adalah sebagai berikut :
1. Depati nan tujuh
Yaitu empat diatas tiga dibawah.
-Empat diatas adalah :
1. Depati Atur Bumi di Hiang Tinggi
2. Depati Biang Sari di Pengasi
3. Depati Rencong Telang di Pulau Sangkar
4. Depati Muaro langkat di Tamiai
-Tiga dibawah adalah :
1. Depato Setio Nyato di Lembur
2. Depati Setio Betis di Parentak
3. Depati Setio Rajo di Nalo Bangko
2. Tanah nan tujuh bingkah
3. Karang setio nan tujuh mangkok
4. payung nan tujuh kaki
5. kain nan tujuh helai
TAMAN TUJUH SEKARANG
Masyarakat Kerinci sangat mengagung-agungkan Taman Tujuh, Disamping 
tempatnya tinggi dan indah, airnya bias pula di mamfaatkan untuk obat 
bermacam-macam penyakit, sesuai dengan keyakinan orang yang berobat. 
Sekarang telah dimamfaatkan pula sebagai tempat wisata yang dapat 
menyejukkan pikiran bagi pengunjungnya.
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar